Natal datang. Rumah saya telah menyiapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Pohon natal dengan lampu berkelapkelip, hiasan Natal di pintu rumah, kandang Natal yang baru saya beli. Semua hal itu kami siapkan untuk menyambut Natal tahun ini. Menyambut kelahiran Yesus Kristus yang nantinya akan menjadi penebus dunia, yang telah sekian lama dipercaya oleh umat Kristen di seluruh dunia.
Namun beberapa hari terakhir ini kepala saya dipenuhi dengan sebuah pertanyaan. Apakah Natal juga bisa dirayakan secara universal? Oleh mereka yang tidak beragama Kristen, misalnya. Apakah makna universal dari Natal itu sendiri? Itulah alasan mengapa saya menuliskan ini.
Kelahiran itu sendiri tidak lengkap jika kita tidak bicara tentang proses penciptaan. Sudut pandang agama telah sepakat, bahwa dunia ini beserta isinya diciptakan oleh Allah. Allah menciptakan dunia sempurna adanya dengan siang-malam, matahari-rembulan, hewan-tumbuhan hingga pada akhirnya Allah menciptakan manusia. Pertanyaannya sekarang, apakah manusia diciptakan untuk melengkapi dunia ciptaan Allah, ataukah Allah menyiapkan dunia secara sempurna terlebih dahulu dan ‘memberikan’ dunia yang sempurna itu kepada manusia?
Premis yang pertama bisa dijabarkan bahwa Allah menciptakan manusia sama seperti ciptaan-ciptaanNya yang lain. Manusia sama seperti tumbuhan, hewan, siang, malam, matahari, rembulan dan ciptaan lainnya. Jika memang Allah menyamakan dengan ciptaan lain, maka manusia bekerja dan terjadi secara otomatis. Jika sudah pagi, matahari muncul, jika remang petang, tandanya rembulan yang menerangi bumi. Jika sudah musimnya, setiap kucing akan mengeong keras-keras – yang kerap mengganggu tidur kita – hanya untuk menarik perhatian lawan jenisnya dan…. kawin. Manusia sama sekali tidak memiliki eksistensinya di bumi ini. Hanya menjalankan apa yang sudah menjadi tugasnya. Manusia merasa semua ‘sudah diatur’ dan merasa tidak lagi perlu berusaha, toh semua sudah tertulis dan diatur. Semua pengalaman yang terjadi kemudian disebut sebagai nasib atau takdir. Bahwa manusia sudah seharusnya hidup seperti apa yang dijalaninya sekarang, tanpa menggali lebih jauh tentang apa itu hidup. Dunia, pengalaman, kehidupan tidak lagi menjadi misteri bagi manusia itu sendiri.
Saya pun masih mencari jawaban tentang dunia yang sempurna ini, mengingat tidak ada kebenaran sejati selain kelahiran dan kematian bukan? Tapi setidaknya saya sudah memiliki pemaknaan sendiri terhadap hari Natal itu sendiri. Natal adalah simbol dari kebesaran Allah dalam memberi berkah kepada manusia melalui proses kelahiran.
SELAMAT NATAL!! SELAMAT MENDAPATKAN KEBEBASAN!!
0 Response to "Natal dan Kebebasan"
Posting Komentar